Tol Cisumdawu, Jalan Bebas Hambatan Terindah di Indonesia

Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu)(Dokumentasi Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR)


Jalur berkontur dengan kelokan meliuk tajam di beberapa titik, bak ular raksasa di antara saujana lembah, dan hijaunya persawahan, adalah atraksi visual yang dapat kita nikmati ketika melintasi Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu).

 Tak keliru jika Kepala Badan Pengatur Jalan Tol ( BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Danang Parikesit menggelari jalan bebas hambatan ini sebagai yang terindah di Indonesia. "Ya kita lihat secara kontur dan visual memang terindah di Indonesia sampai saat ini," cetus Danang saat menemani media, tur melintasi Tol Cisumdawu, Kamis (5/9/2019). Tol Cisumdawu yang dirancang sepanjang 60,84 kilometer berada di antara cekungan yang dikelilingi tiga gunung vulkanik, Tampomas, Manglayang, dan Patuha. Kendati elok dalam sirobok pandang, namun di balik itu semua tersimpan tantangan berat dengan kompleksitas tinggi dalam membangun jalan tol ini. 

 Betapa tidak, 150 insinyur dan tenaga konstruksi yang terlibat pekerjaan ini harus bekerja ekstra keras menembus lembah, dan membelah bukit yang beberapa di antaranya merupakan sisa tanah vulkanis dari letusan Gunung Tampomas.

Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu)(Dokumentasi Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR) 

Tentu saja keras, banyak batu-batu besar yang harus dicacah sedemikian rupa agar tidak berdampak signifikan terhadap lingkungan," ungkap Kasatker Pelaksanaan Jalan Bebas Hambatan Cisumdawu Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR Yusrizal Kurniawan. 

Terowongan 472 meter 

Selain panoramik, tol ini juga punya keistimewaan lainnya, yakni struktur terowongan kembar sepanjang 472 meter dengan diameter 14 meter.

Terowongan tersebut berada di Desa Cilengser, tepatnya di Seksi II yang menghubungkan Ranca Kalong-Sumedang. Pengerjaan terowongan ini dipercayakan kepada kontraktor asal China Metallurgy Corporation of China (MCC) yang dibantu para insinyur dan tenaga konstruksi Indonesia. "Ada transfer teknologi di sini. Dalam pengerjaan terowongan serta main road, kami terus mendapat bimbingan dan supervisi dari para ahli yang tergabung dalam Komite Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ)," ungkap Yusrizal.




Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu)(Dokumentasi Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR)

KKJTJ pula yang melakukan uji beban, dan uji laik fungsi terhadap terowongan ini. Proses uji tersebut, menurut Yusrizal, mampu dilewati dengan mulus karena semua parameter yang dipersyaratkan sudah terpenuhi. "Saat ini, tinggal sidang pleno akhir untuk mengambil keputusan penerbitan sertifikat laik fungsi pada pertengahan September," sebut Yusrizal. Adapun teknologi konstruksi yang digunakan untuk membangun terowongan ini adalah New Austrian Tunneling Method (NATM).

Ini merupakan metode pembuatan terowongan dengan menggunakan perkuatan tanah di sekeliling area yang ternyata rawan longsor. "Karena itulah, kami juga melakukan hydro seeding atau menanam kacang-kacangan di medan lembah dan bukit untuk mencegah longsor," imbuh Yusrizal. Dikenal sebagai NATM, sistem rekayasa terowongan ini lebih merupakan seperangkat prinsip atau filosofi daripada metode teknis yang bersifat menentukan. NATM berupaya memaksimalkan resistensi yang melekat di tanah dan kapasitas dukungan, dan secara luas diakui sebagai salah satu teknik paling ekonomis untuk membangun dan mengevaluasi terowongan.



Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu)(Dokumentasi Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR) 


Selain itu, NATM juga dapat menghemat ongkos konstruksi, material bangunan, tenaga konstruksi, dan pengurangan jadwal proyek secara signifikan. Metode ini menunjukkan ketahanan yang besar terhadap tekanan geologis yang terlihat di daerah rawan gempa. NATM tercatat sebagai metode konstruksi yang dipilih par excellence untuk membangun sejumlah besar terowongan di seluruh dunia. 

Berbeda dengan metode klasik seperti pendekatan Belgia atau Jerman, di mana terowongan segera dibangun tanpa membiarkannya berubah secara alami, NATM memungkinkan deformasi massa batuan sebelum menstabilkan terowongan, yang mengurangi jumlah bahan pendukung tambahan yang diperlukan. 

Terowongan ditutupi dengan lapisan beton yang disemprotkan atau shotcrete, yang lebih cepat dan lebih mudah untuk dieksekusi daripada bekisting tradisional. Lapisan shotcrete  ini meningkatkan kohesi internal massa batuan, memperkuat cincin (galian) pendukung, dan dapat bertindak sebagai lapisan sementara dan juga lapisan akhir.




Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu)(Dokumentasi Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR) 

Teknologi NATM ini sejatinya tidak terlalu mahal, tapi punya keunikan, dan jarang digunakan. Jadi, ini sekaligus sebagai pembelajaran bagaimana membangun terowongan yang murah dan cepat. Untuk diketahui, guna membangun terowongan ini, dana yang dikucurkan nyaris Rp 1 triliun, atau tepatnya Rp 890 miliar. "Kami membangun terowongan ini dalam waktu 1 tahun enam bulan sejak pertengahan 2017 dan rampung awal 2019," sebut Yusrizal.

Era Baru 

Meski belum dapat dikatakan sebagai mahakarya para insinyur Indonesia, Danang mengakui, jalan tol dengan fasilitas terowongan ini adalah era baru underground structure yang demikian kompleks. "Saya masih menunggu terowongan tol di Bengkulu yang jauh lebih panjang. Namun demikian, saya ingin mengatakan bahwa dengan konstruksi terowongan ini, para insinyur Indonesia telah memasuki era baru underground structure yang kompleks," tutur Danang.



Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu)(Dokumentasi Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR) 


Dia menyebut mass rapid transit (MRT) Jakarta, Tol Cisumdawu, dan kereta cepat Jakarta-Bandung adalah struktur bawah tanah yang mendapat sentuhan para insinyur Indonesia. Secara umum, perkembangan pembangunan Tol Cileunyi Seksi I-III sepanjang 33 kilometer dapat dilalui fungsional pada arus mudik tahun 2020. Sementara target penyelesaian konstruksi keseluruhan sepanjang 60,84 kilometer pada akhir 2020.

 Pembangunan Jalan Tol Cisumdawu dikerjakan bersama oleh Pemerintah dan Badan Usaha. Pemerintah memberikan dukungan konstruksi Seksi I dan II sepanjang 29 kilometer untuk meningkatkan kelayakan investasi. Pendanaan porsi Pemerintah menggunakan APBN rupiah murni dan pinjaman Pemerintah China. Sementara Seksi III-VI sepanjang 32,8 kilometer dikerjakan oleh PT Citra Karya Jabar Tol (CKJT) dengan nilai investasi sebesar Rp 8,41 triliun. 

Pembebasan lahan menjadi kendala dalam pembangunan ruas tol ini. Seksi I Cileunyi–Tanjungsari sepanjang 12 kilometer, dikerjakan oleh China Road and Bridge Corporation (CRBC)-PT Adhi Karya (Joint Venture) yakni 45,47 persen untuk konstruksi dan pembebasan lahan 72,77 persen. Seksi II Tanjungsari–Sumedang sepanjang 17,51 kilometer, pembangunannya dilakukan dalam 2 fase yakni fase I sepanjang 7,23 kilometer, konstruksinya sudah selesai penuh 100 persen. Fase II sepanjang 10,7 kilometer, progres konstruksinya 74,62 persen dan lahan yang bebas 92,2 persen. 

Pengerjaan fase II oleh MCC, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Nindya Karya (Persero), PT Waskita Karya (Persero) Tbk dengan skema joint operation. Seksi III Sumedang-Cimalaka sepanjang 4 kilometer dikerjakan oleh PT Girder Indonesia dengan progres konstruksi 78,01 persen dan lahan bebas 99 persen. Seksi IV Cimalaka-Legok sepanjang 8,20 kilometer dan Seksi V Legok–Ujungjaya sepanjang 14,90 kilometer belum menunjukkan progres pembebasan lahan.



Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu)(Dokumentasi Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR) 

Sementara Seksi VI Ujungjaya–Kertajati 6,06  kilometer, konstruksinya belum mulai dengan progres lahan 16 persen. Untuk mempercepat pengadaan lahan, Kementerian PUPR melalui Satker Pembangunan Tol Cisumdawu, Ditjen Bina Marga, terus meningkatkan koordinasi dengan instansi lain yaitu Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kabupaten Sumedang, Badan Pertanahan Nasional (BPN).

Selain lahan, pembangunan tol ini juga menghadapi medan berat berupa kawasan lembah perbukitan sehingga dilakukan pekerjaan penggalian dan penimbunan. Terdapat lintasan kritis sekitar 1 kilometer berupa pekerjaan galian masif setinggi 70 meter dengan volume 5 juta meter kubik, yang merupakan lahan belum bebas. 

Kendala tersebut mengakibatkan konstruksi fase II yang semula dijadwalkan selesai pada September 2019, akan diperpanjang menjadi September 2020. Kehadiran Tol Cisumdawu akan memperlancar akses kendaraan dari Bandung menuju Bandara International Jawa Barat (BIJB) di Kertajati, Majalengka, dan mendukung pengembangan kawasan “segitiga emas” Cirebon-Subang-Majalengka (Rebana) sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru.

Sumber : https://properti.kompas.com/read/2019/09/06/070000021/tol-cisumdawu-jalan-bebas-hambatan-terindah-di-indonesia?page=all
Share:

Recent Posts